Kamis, 11 Agustus 2011

hendy: makalah tafsir

hendy:

Surat Al-Fatihah
MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur
Mata Kuliah “TAFSIR”
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Semester II
Tahun Akademik 2011





Disusun oleh :
Kelompok : I (Satu) PAI-C
Zenal Muttaqien
Hendi Murtado Ilah

Dosen pengampu :
Drs. Ahmad Syathory, M.ag


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2 0 1 1
KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat dan karunia serta hidayahnya, kepada kita semua, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas terstruktur dengan mata kuliah “Tafsir”. Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda alam, yakni Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga-Nya, sahabat-Nya dan para tabi`in, hingga kepada kita semua selaku ummatnya amiin.
Kami ucapkan terimakasih kepada bapak yang senantiasa memotivasi kami agar terus meningkatkan belajar, terutama untuk terus berlatih meningkatkan kemahiran dalam menulis.
Dalam menghadapi beragamnya referensi buku yang kami pelajari, sebagai penyusun tidak lain hanya mencoba bersikap menampung dan mengkaji semua pendapat, yang kemudian menggarisbawahi pendapat yang paling kuat atau mengemukakan pendapat sendiri. Untuk itu kami selaku penyusun, mohon maaf yang sebesar-besarnya, apabila banyak kekeliruan dalam penyusunan makalah ini, dan kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari segenap pembaca, agar kami termotivasi untuk menyempurnakan makalah ini di masa yang akan datang.





Cirebon, 28 Februari 2011

Penyusun



DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………. I
Daftar isi …………………………………………………………………….. II
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………… 1
C. Tujuan Pembahasan ……………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………. 2
A. Tafsir Surat Al Fatihah ……………………………………………… 3
BAB III PENUTUP ………………………………………………………….. 17
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 18

















BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam surah al fathah terkandung dasar-dasar 'aqidah dan dasar-dasar kefahaman Islam, juga dasar-dasar perasaan (terhadap Allah) dan tawajjuh (berdoa) yang membayangkan sebahagian hikmat mengapa Surah al-Fatihah dipilih untuk diulang-ulangkan bacaannya dalam setiap raka'at solat dan hikmat batalnya setiap solat yang tidak dibacakan Surah al-Fatihah Setiap orang Islam membaca surah al fatihah ini sekurang-kurangnya tujuh belas kali sehari semalam dan lebih sekali ganda lagi apabila ia menunaikan solat sunat dan sebanyak-banyaknya tanpa had apabila dia ingin mengadap Allah dengan solat-solat tambahan selain dari solat-solat fardhu dan solat-solat sunat.
Setiap solat tidak sah tanpa membaca surah ini. Ini berdasarkan keterangan hadith al-Bukhari dan Muslim dari Rasulullah S.A.W dari hadith 'Ubadat bin as-Samit: Sabda Rasulullah SAW:
"Tiada solat kepada mereka yang tidak membaca Surah al-Fatihah

B. Rumusan Masalah
1. Apakah nama lain dari surat al fatihah?
2. Apakah pengertian dari basmalah dan tafsirnya?
3. Apakah pengertian dari hamdalah dan tafsirnya?
4. Apa pengertian dari surat al-fatihah dan tafsirnya?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui nama-nama lain dari surat al fatihah.
2. Memahami pengertian dari basmalah dan tafsirnya.
3. Memahami pengertian dari hamdalah dan tafsirnya.
4. Memahami pengertian dari surat al-fatihah dan tafsirnya.


BAB II
PEMBAHASAN

رةﻮﺳ
ﺔﺤﺗﺎﻔﻟا
Surah Al-Fatihah

Nama Lain Surat Al-Fatihah Surat Al Fatihah memiliki banyak nama. Di antaranya; Fatihatul Kitab (pembuka kitab/Al Qur’an). Karena Al Qur’an, secara penulisan dibuka dengan surat ini. Demikian pula dalam shalat, Al Fatihah sebagai pembuka dari surat-surat lainnya.
Al Fatihah dikenal juga dengan sebutan As Sab’ul Matsani (tujuh yang diulang-ulang). Disebabkan surat ini dibaca berulang-ulang pada setiap raka’at dalam shalat.
Dinamakan juga dengan Ummul Kitab. Karena di dalamnya mencakup pokok-pokok Al Quran, seperti aqidah dan ibadah.
Surat Al Fatihah memiliki berbagai macam keutamaan dan keistimewaan dibanding dengan surat-surat yang lain. Di antaranya adalah Al Fatihah merupakan surat yang paling agung. Al Imam Al Bukhari meriwayatkan dari shahabat Abu Sa’id Al Mu’alla, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh aku akan ajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam Al Quran sebelum engkau keluar dari masjid? Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memegang tanganku. Disaat Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam hendak keluar dari masjid, aku bertanya: “Ya Rasulullah! Bukankah engkau akan mengajariku tentang surat yang paling agung dalam Al Quran? Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata: Ya (yaitu surat al fatihah )
Ia adalah As Sab’u Al Matsani dan Al Qur’anul ‘Azhim (Al Qur’an yang Agung) yang diwahyukan kepadaku.” (HR. Al Bukhari no. 4474)
Al Fatihah merupakan surat istimewa yang tidak ada pada kitab-kitab terdahulu selain Al Qur’an. Dari shahabat Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya: “Maukah engkau aku beritahukan sebuah surat yang tidak ada dalam kitab Taurat, Injil, Zabur, dan demikian pula tidak ada dalam Al Furqan (Al Qur’an) surat yang semisalnya? Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberitakan surat itu adalah Al Fatihah”.
Al Fatihah sebagai obat dengan izin Allah suhanahu wata’ala. Al Imam Al Bukhari meriiwayatkan dari shahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhu tentang kisah kepala kampung yang tersengat kalajengking. Lalu beberapa shahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam meruqyahnya dengan membacakan surat Al Fatihah kepadanya. Dengan sebab itu Allah suhanahu wata’ala menyembuhkan penyakit kepala kampung itu.
Terkait dengan shalat sebagai rukun Islam yang kedua, Al Fatihah merupakan unsur terpenting dalam ibadah itu. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى وَلَمْ يَقْرَأْ فِيْهَا أُمَّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ – ثَلاَثاً – غَيْرُ تَمَامٍ
“Barang siapa shalat dalam keadaan tidak membaca Al Fatihah, maka shalatnya cacat (Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengulanginya sampai tiga kali) tidak sempurna.” (HR. Muslim. dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Bahkan membaca Al Fatihah termasuk rukun dalam shalat, sebagaimana riwayat diatas.

A. TAFSIR SURAT AL FATIHAH
بسم الله الرحمان الرحیم
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Mendahulukan sesuatu dengan "nama Allah" itu merupakan satu adab cara yang diwahyukan oleh Allah kepada Rasul-Nya dalam ayat pertama yang diturunkan kepada beliau dengan ittifaq para ulama . Adab cara ini amat sesuai dengan dasar kefahaman Islam yang agung, yang menganggapkan Allah bersifat Maha Awal dan Maha Akhir, Maha Zahir dan Maha Batin. Allah S.W.T. adalah Zat yang maujud yang sebenar dan seluruh maujud yang lain mendapat kewujudan mereka dari kewujudan Allah dan segala permulaan yang lain adalah berpangkal dari kewujudan Allah, kerana itu amatlah wajar segala permulaan, segala harakat atau tindakan dan segala tujuan itu dimulakan dengan nama-Nya.
Allah SWT sifatkan diri-Nya di permulaan dengan sifat-sifat ar- Rahman "Maha Penyayang" dan ar-Rahim "Maha Pengasih" yaitu dua sifat yang mencakup segala pengertian, kasih sayang dan kasihan belas dan segala keadaannya. Hanya pada Allah SWT sahaja terkumpul dua sifat ini. Begitu juga hanya Allah sahaja yang wajar disifatkan dengan ar-Rahman "Maha Penyayang". Mana-mana hamba Allah boleh disifatkan dengan sifat ar- Rahim, tetapi tidak boleh disifatkan dengan sifat ar-Rahman dari segi kepercayaan dan lebih tidak wajar lagi dikembarkan kedua-dua sifat itu padanya.
Jika memulakan sesuatu dengan nama Allah yang mengandungi maksud mentauhidkan Allah dan beradab sopan dengan-Nya itu merupakan dasar pokok dalam kefahaman Islam, maka pencakupan segala pengertian kasih sayang dan kasihan belas dengan segala keadaan dan bidangnya dalam dua sifat ar-Rahman dan ar-Rahim itu merupakan dasar yang kedua di dalam kefahaman ini dan ia juga menggariskan hakikat hubungan yang wujud di antara Allah dengan para hamba-Nya.
Sejak dahulu sudah menjadi kebiasaan di kalangan umat manusia bahwa ‎pekerjaan-pekerjaan penting selalu dimulai dengan menyebut nama para ‎pembesar mereka untuk mendapat berkah darinya. Umpamanya, para penyembah ‎patung atau berhala, mencari berkah dengan nama atau dengan kehadiran para ‎kepala negara. Akan tetapi, Zat yang lebih besar diantara segala sesuatu yang ‎besar adalah Allah SWT dimana kehidupan segala sesuatu yang hidup ini bermula ‎dari-Nya.‎
Bukan hanya kitab alam semesta, akan tetapi kitab syariat, yaitu Al-Quran dan ‎semua kitab samawi dimulai dengan nama-Nya. Islam mengajarkan kepada kita ‎agar pekerjaan-pekerjaan kita, yang kecil dan yang besar, makan dan minum, tidur ‎dan bangun, bepergian dan menaiki kendaraan, berbicara dan menulis, kerja dan ‎usaha, dan seterusnya hendaknya kita mulai dengan menyebut nama Allah ‎‎(Bismillah).‎
Jika seekor binatang disembelih tanpa menyebut nama Allah, maka kita dilarang ‎memakan daging binatang tersebut. Kata-kata "Bismillah" tidak terbatas pada ‎agama Islam saja. Menurut ayat-ayat Al-Quran, kapal Nabi Nuh as juga bergerak ‎diawali dengan kalimat "Bismillah." Begitu juga surat Nabi Sulaiman as kepada ‎Ratu Balqis. "Bismillah adalah sebuah ayat lengkap, dan bagian dari Surat Al-‎Fatihah.‎
Oleh sebab itu, Ahlul Bait Nabi saw tidak menyukai orang yang tidak membacanya ‎atau membacanya dengan suara pelan di dalam salatnya. Mereka sendiri selalu ‎membaca ayat: "bismillahirrahmanirrahim" dengan suara keras di dalam setiap ‎salat yang mereka lakukan.‎
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1.‎ Bismillah merupakan sumber berkah dan jaminan bagi setiap pekerjaan, juga ‎ merupakan tanda tawakkal kepada Allah dan permohonan bantuan dari-nya.‎
‎2.‎ Kata Bismillah memberi warna ketuhanan kepada setiap pekerjaan, dan ‎menyelamatkan pekerjaan-pekerjaan manusia dari bahaya syirik dan riya. ‎
‎3.‎ Bismillah artinya: Ya Allah aku tidak melupakan-Mu, maka janganlah Engkau melupakan aku. ‎‎
‎4.‎ Orang yang mengucapkan Bismillah berarti telah menggabungkan diri ‎kepada kekuatan tak terbatas dan lautan rahmat Ilahi yang tak bertepi.‎
Keutamaan Basmalah
Dalam tafsirnya, Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin Abi Hatim rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya dari Utsman bin Affan, Rasulullah saw ditanya tentang Bismilahirrahmanirrahiim, maka beliau menjawab :
"Ia merupakan salah satu nama Allah. Jarak antara Dia dan Nama Yang Agung itu hanyalah seperti jarak antara bagian hitam dan bagian putih pada mata, karena demikian dekatnya."
Waki' meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Mas'ud, dia berkata :
"Barangsiapa yang ingin diselamatkan dari Zabaniyah yang berjumlah 19 itu, bacalah Bismilahirrahmanirrahiim, niscaya Allah akan menjadikan setiap hurufnya sebagai benteng bagi si pembaca dari setiap Zabaniyah."
Keterangan itu diceritakan pula oleh Ibnu Athiyah dan al Qurthubi. Kemudian Ibnu Athiyah menunjang dan menguatkan keterangan itu dengan hadits,
"Sesungguhnya aku melihat sebanyak 33 malaikat yang membuat mereka tergesa-gesa karena ucapan seseorang,"Tuhan kami bagi Engkaulah segala puji sebagai pujian yang banyak, baik dan mengandung berkah," karena kalimat itu berjumlah 33 huruf.
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala puja dan puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara alam semesta.
Setelah menyebut nama Allah, maka kalimat pertama yang kita ucapkan ialah ‎syukur kepadanya. Allah Tuhan yang pertumbuhan dan kehidupan segala sesuatu ‎di jagad raya dan alam semesta ini bersumber darinya, baik alam benda mati ‎maupun benda hidup, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Dia-lah ‎yang mengajarkan kepada lebah madu dari mana mencari makanan dan ‎bagaimana cara membuat sarang. Dia juga mengajarkan kepada semut bagaimana ‎menyimpan makanannya untuk musim dingin. Dia pulalah yang menumbuhkan ‎batang-batang gandum yang penuh dengan biji-biji hanya dari sebutir gandum, ‎juga menumbuhkan sebatang pohon apel dari sebutir biji apel.‎
Dia-lah yang menciptakan langit dengan kehebatan yang amat besar ini dan ‎menetapkan garis peredaran setiap bintang dan setiap galaksinya. Dia-lah yang ‎menciptakan kita dari setetes air yang memancar dan menumbuhkan kita di dalam ‎perut ibu selama kurang lebih 6 hingga 9 bulan. Lalu setelah kita lahir ke dunia, Dia ‎pun menyediakan segala keperluan untuk pertumbuhan kita. Dia membentuk ‎badan kita sedemikian rupa sehingga mampu mempertahankan diri dari kuman-‎kuman penyebab penyakit dan jika salah satu tulang tubuh kita patah atau retak, ‎maka tubuh kita memiliki kemampuan untuk mengatasinya sedemikian rupa.‎
Kemudian jika tubuh memerlukan darah maka secara alami ia memproduksinya ‎untuk memenuhi keperluan tersebut. Meski demikian, yang berada di tangan Allah ‎bukan hanya perkembangan dan pemeliharan tubuh kita saja, karena Dia juga ‎menciptakan akal dan perasaan untuk kita lalu mengutus para nabi dan ‎menurunkan kitab-kitab samawi untuk membina kita.‎
Ibn.Jarir berkata, "Alhamdu lillah, syukur yang ikhlas hanya kepada Allah tidak kepada lain-lain-Nya daripada makhluk-Nya, syukur itu karena nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba dan makhluk-Nya yang tidak dapat dihitung dan tidak terbatas, seperti alat anggota manusia untuk menunaikan kewajiban taat kepada-Nya, di samping rezeki yang diberikan kepada semua makhluk manusia, jin dan binatang dari berbagai perlengkapan hidup, karena itulah maka pujian itu sejak awal hingga akhirnya tetap pada Allah semata-mata.
Alhamdullilah
Pujian Allah pada diri-Nya, yang mengandung tuntunan kepada hamba-Nya supaya mereka memuji Allah seperti seakan-akan perintah Allah, "Bacalah olehmu Alhamdulillah".
Alhamdu pujian dengan lidah terhadap sifat-sifat pribadi, maupun sifat yang menjalar kepada orang lain, sebaliknya syukur itu pujian terhadap sifat yang menjalar, tetapi syukur dapat dilaksanakan dengan hati, lidah dan anggota badan. Alhamd berarti memuji sifat keberanian, kecerdasan-Nya atau karena pemberian-Nya. Syukur khusus untuk pemberian-Nya. Alhamd (puji) lawan kata Adzzam (cela).
Ibn Abbas r.a. berkata, Umar r.a. berkata kepada sahabat- sahabat, "Kami telah mengerti dan mengetahui kalimat Subanallah, laa ilaha illallah dan Allahu Akbar, maka apakah Alhamdu Lillahi itu?" Jawab Ali r.a., "Suatu yang dipilih oleh Allah untuk memuji Zat-Nya".
Ibn Abbas berkata, 'Alhamdu Lillah kalimat syukur, maka jika seorang membaca Alhamdu Lillah, Allah menjawab, "HambaKu telah syukur pada-Ku".
Jabir bin Abdullah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda: Seutama-utamanya zikir ialah "La ilaha illallah", dan seutama-utamanya doa ialah "Alhamdu Lillah". (HR. at-Tirmidzi, hadis Hasan Gharib).
Anas. bin Malik r.a. berkata, Nabi saw. bersabda: Tiadalah Allah memberi nikmat kepada seorang hamba- Nya, kemudian hamba itu mengucap "Alhamdu Lillah", melainkan apa yang diberi itu lebih utama (afdhal) dari yang ia terima. (Yakni ucapan "Alhamdu Lillah" lebih be- sar nilainya dari nikmat dunia itu). (HR. Ibnu Majah).
Anas r.a. juga meriwayatkan Nabi saw. bersabda, "Andaikan dunia sepenuhnya ini di tangan seorang dari umatku kemudian ia membaca 'Alhamdu Lillah' maka pasti kalimat Alhamdu Lillah lebih besar dari dunia yang di tangannya itu". 'Al' dalam kalimat Al-hamdu berarti segala jenis puja dan puji bagi Allah. Sebagaimana tersebut dalam hadis "Allahumma lakal hamdu kulluhu walakal mulku kulluhu wa biyadikal khair kullihi wa ilaika yar ji'ul amru kulluhu" (Ya Allah bagi-Mu segala puji semuanya, dan bagi-Mu kerajaan semuanya dan di tangan-Mu kebaikan semuanya, dan kepada-Mu kembali segala urusan semuanya).
Rabb
Bererti pemilik yang berhak penuh, juga berarti majikan, juga yang memelihara serta menjamin kebaikan dan perbaikan, dan semua makhluk alam semesta.
Alam ialah segala sesuatu selain Allah. Maka Allah Rabb dari semua alam itu sebagai pencipta, yang mcmelihara, memperbaiki dan menjamin. Sebagaimana tersebut dalam surat asy- Syu'araa 23-24. Fir'aun bertanya, "Apakah rabbul alamin itu?" Jawab Musa, "Tuhan Pencipta, Pemelihara penjamin langit dan bumi dan apa saja yang di antara keduanya, jika kalian mahu percaya dan yakin."
Alam itu juga pecahan dari alamat (tanda) sebab alam ini semua menunjukkan dan membuktikan kcpada orang yang memperhatikannya sebagai tanda adanya Allah Tuhan yang menjadikannya.
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.
Ar Rahman dan Ar Rahim adalah Dua nama dan sekaligus sifat bagi Allah suhanahu wata’ala, yang berasal dari kata Ar Rahmah. Makna Ar Rahman lebih luas daripada Ar Rahim. Ar Rahman mengandung makna bahwa Allah suhanahu wata’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, baik yang beriman atau pun yang kafir. Sedangkan Ar Rahim, maka Allah suhanahu wata’ala mengkhususkan rahmat-Nya bagi kaum mukminin saja. Sebagaimana firman Allah suhanahu wata’ala: “Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”. (Al Ahzab: 43)


Ar-Rahman
Yang memberi nikmat yang sebesar-besarnya seperti nikmat makan, minum, harta benda dan lain-lain.

Ar-Rahim
Yang memberi nikmat yang halus sehingga tidak terasa, seperti nikmat iman dan islam. Jika anda akan menghitung nikmat kurnia Allah maka takkan dapat menghitungnya..
Kedua-dua sifat yang meliputi segala pengertian kasihan belas dan kasih sayang dalam segala keadaan dan bidangnya ini diulangi sekali lagi di tengah-tengah ayat untuk menonjolkan lagi ciri yang jelas dari konsep Rububiyah Allah yang sempurna dan untuk menegakkan asas-asas hubungan yang kekal di antara Allah dengan makhluk-makhluk-Nya yaitu hubungan kasih sayang dan belas kasihan yang merangsangkan kesyukuran dan sanjungan, hubungan yang ditegakkan di atas rasa ketenteraman dan kemesraan. Oleh sebab itulah kesyukuran dan sanjungan itu merupakan sambutan semulajadi terhadap rahmat kasih sayang dan belas kasihan yang lemah-lembut itu. Allah yang kita imani ialah Zat yang penuh kasih sayang, cinta, maaf dan ampunan. ‎Contoh-contoh rahmat dan cinta-Nya terdapat di dalam kebesaran nikmat-nikmat-‎Nya yang tak terhingga untuk kita. Bunga-bunga yang indah berbau harum, buah-‎buahan yang manis dan lezat rasanya, berbagai bahan makanan yang lezat dan ‎bergizi, bahan-bahan pakaian yang beraneka warna, dan lain sebagainya adalah ‎anugerah yang diberikan Allah kepada kita.‎
Kecintaan seorang ibu kepada anaknya Dia tanamkan di dalam sanubari ibu kita, ‎sedangkan Allah sendiri memiliki cinta yang jauh lebih besar daripada kecintaan ibu ‎kepada anaknya. Kemurkaan dan siksaan-Nya pun datang dari tindakan Allah yang ‎bertujuan memperingatkan dan adanya perhatian Allah terhadap kita. Bukannya ‎karena sifat dendam atau niat menuntut balas. Oleh karena itu jika kita bertaubat ‎dan menutupi kesalahan yang kita lakukan maka Allah pasti akan mengampuni dan ‎menghapus kesalahan.‎


مَالِكِ يِوْمِ الدِّيْنِ
“Yang menguasai hari kiamat.”

Para ‘ulama ahli tafsir telah menafsirkan makna Ad Din dari ayat diatas adalah hari perhitungan dan pembalasan pada hari kiamat nanti. Umur, untuk apa digunakan? Masa muda, untuk apa dihabiskan? Harta, dari mana dan untuk apa dibelanjakan? Tiada seorang pun yang lepas dan lari dari perhitungan amal perbuatan yang ia lakukan di dunia.
Maliki
Dapat dibaca: Maliki (Raja), dan Maaliki (Pemilik - Yang Memiliki). Maaliki sesuai dengan ayat:
"Sesungguhnya Kami yang mewarisi bumi dan semua yang di atasnya, dan kepada Kami mereka akan kembali."
(Maryam 40).
Maliki sesuai dengan ayat: Katakanlah, "Aku berlindung dengan Tuhannya manusia. Rajanya manusia".
(an-Naas 1-2)
. "Bagi siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Bagi Allah Yang Esa yang memaksa (perkasa)."
(al-Mu'min = Ghafir 16).
Kerajaan yang sesungguhnya pada hari itu hanya bagi Ar: Rahman.
(al-Furqan 26).
Ad-Din
Sesuai dengan ayat:
"Apakah kami akan dibalas (diperhitungkan)". (as-Shafaat 53).
Umar r.a. berkata, "Andaikan perhitungan bagi dirimu sebelum kamu dihisab (diperhitungkan) dan pertimbangkan untuk dirimu sebelum kamu ditimbang, dan siap-siaplah untuk menghadapi perhitungan yang besar, menghadap kepada Tuhan yang tidak tersembunyi pada-Nya sedikit pun dari amal perbuatanmu. Pada hari kiamat kelak kalian akan dihadapkan kepada Tuhan dan tidak tersembunyi pada-Nya suatu apa pun." “
Pemilik hari pembalasan
Kata-kata 'din' berarti mazhab atau agama dan juga berarti pembalasan. Adapun ‎yang dimaksudkan dengan Yaumiddin ialah Hari Kiamat yang merupakan hari ‎perhitungan pemberian pahala dan pembalasan.‎
Meskipun Allah SWT adalah pemilik dan penguasa dunia sekaligus pemilik Akhirat, ‎namun kepemilikan dan kekuasaan-Nya di Hari Kiamat memiliki bentuk yang ‎berbeda. Di hari itu tak ada siapa pun yang menguasai sesuatu. Harta kekayaan ‎dan anak sama sekali tidak memiliki peran. Sahabat dan kerabat tak memiliki ‎kekuasaan apapun. Bahkan seseorang tidak memiliki kekuasaan terhadap anggota ‎tubuhnya sendiri. Lidah tak diizinkan untuk mengucapkan permohonan ampun. ‎Tidak pula pikiran memiliki kesempatan untuk berpikir. Hanya Allah yang memiliki ‎kekuasaan penuh di hari itu.‎
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1.‎ Di samping mengharapkan rahmat Allah yang tak terbatas sebagaimana ‎yang dipaparkan dalam ayat sebelumnya, kita juga harus merasa takut ‎kepada perhitungan dan pembalasan hari kiamat.‎
‎2.‎ Dengan beriman kepada hari kiamat kita tidak perlu cemas bahwa ‎perbuatan-perbuatan baik kita tidak akan memperoleh balasan atau pahala. ‎
‎3.‎ Allah SWT Maha Mengetahui segala perbuatan baik dan buruk yang kita ‎lakukan dan Dia Maha Mampu untuk memberikan balasan dan pahala. ‎
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.”

Secara kaidah etimologi (bahasa) Arab, ayat ini terdapat uslub (kaidah) yang berfungsi memberikan penekanan dan penegasan. Yaitu bahwa tiada yang berhak diibadahi dan dimintai pertolongan kecuali hanya Allah suhanahu wata’ala semata. Sesembahan-sesembahan selain Allah itu adalah batil. Maka sembahlah Allah suhanahu wata’ala semata.
Adh-Dhahaak dari Ibn Abbas berkata,
"Iyyaka na'budu bermaksud Kepada-Mu kami menyembah mengesakan dan takut dan berharap, wahai Tuhan tidak ada lain-Mu". Dan Iyyaka nasta'in bermaksud "Kami minta tolohg kepada-Mu untuk menjalankan taat dan untuk mencapai semua hajat kepentinganku"
Qatadah berkata,
Dalam Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in, Allah menyuruh supaya tulus ikhlas dalam melakukan ibadat kepada Allah dan supaya benar-benar mengharap bantuan pertolongan Allah dalam segala urusan."
Sementara itu, disebutkan permohonan tolong kepada Allah setelah perkara ibadah, menunjukkan bahwa hamba itu sangat butuh kepada pertolongan Allah suhanahu wata’ala untuk mewujudkan ibadah-ibadah yang murni kepada-Nya.
Selain itu pula, bahwa tiada daya dan upaya melainkan dari Allah suhanahu wata’ala. Maka mohonlah pertolongan itu hanya kepada Allah suhanahu wata’ala. Tidak pantas bertawakkal dan bersandar kepada selain Allah suhanahu wata’ala, karena segala perkara berada di tangan-Nya
Di dalam ayat-ayat yang lalu Allah telah kita kenal bahwa Dia itu Rahman dan ‎Rahim serta Rabbul `Alamin juga Maliki Yaumiddin. Sementara oleh karena ‎kehebatan ciptaan-Nya dan nikmat-nikmat-Nya yang tak terhitung yang Dia ‎curahkan kepada kita, maka kita mengucapkan syukur dan pujian kepadanya ‎dengan mengatakan Alhamdulillahi rabbil `alamin.‎
Sudah sepatutnyalah jika sekiranya kita menghadapkan diri kita kepadanya, dan ‎seraya mengakui ketidakmampuan dan kelemahan kita maka kita juga mengatakan ‎bahwa kita adalah hamba-hamba-Nya yang tulus. Kita ucapkan, Ya Allah, hanya ‎dihadapan perintah-Mu-lah kami menundukkan kepala, bukan dihadapan perintah ‎selain-Mu. Kami bukanlah hamba-hamba emas dan kekayaan duniawi juga bukan ‎budak-budaknya kekuatan dan kekuasaan imperialis.‎
Oleh karena shalat yang merupakan manifestasi ibadah dan penyembahan Tuhan ‎ditunaikan secara berjamaah maka umat Islam satu suara di dalam satu barisan ‎secara kompak menyatakan 'iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin' , yaitu bahwa ‎bukan hanya aku melainkan kami semua adalah hamba-hamba-Mu dan kepada-‎Mu lah kami memohon pertolongan. Ya Allah! bahkan ibadah yang kami tunaikan ‎ini pun adalah berkat pertolongan-Mu. Jika Engkau tidak menolong kami, niscaya ‎kami akan menjadi hamba dan budak selain-Mu.‎
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“Tunjukkanlah kami ke jalanmu yang lurus.”

Yaitu jalan yang terang yang mengantarkan kepada-Mu dan jannah (surga)-Mu berupa pengetahuan (ilmu) tentang jalan kebenaran dan kemudahan untuk beramal dengannya.
Al Imam Ahmad dalam Musnadnya meriwayatkan dari shahabat An Nawas bin Sam’an radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah memberikan permisalan ash shirathul mustaqim (jembatan yang lurus), diantara dua sisinya terdapat dua tembok. Masing-masing memiliki pintu-pintu yang terbuka, dan di atas pintu-pintu tersebut terdapat tirai-tirai tipis dan di atas pintu shirath terdapat seorang penyeru yang berkata: “Wahai sekalian manusia masuklah kalian seluruhnya ke dalam as shirath dan janganlah kalian menyimpang. Dan ada seorang penyeru yang menyeru dari dalam ash shirath, bila ada seseorang ingin membuka salah satu dari pintu-pintu tersebut maka penyeru itu berkata: “Celaka engkau, jangan engkau membukanya, karena jika engkau membukanya, engkau akan terjungkal kedalamnya. Maka ash shirath adalah Al Islam, dua tembok adalah aturan-aturan Allah, pintu-pintu yang terbuka adalah larangan-larangan Allah. Penyeru yang berada di atas ash shirath adalah Kitabullah (Al Qur’an), dan penyeru yang berada didalam ash shirath adalah peringatan Allah bagi hati-hati kaum muslimin”.
Dalam Al-Quran ada dua bentuk hidayah; hidayah cipta (takwini) seperti hidayah ‎lebah madu untuk menghisap sari bunga dan bagaimana ia membuat sarangnya ‎atau hidayah burung-burung saat berpindah dari satu daerah ke daerah lain di ‎musim dingin. Dan yang kedua adalah hidayah tinta (tasyri'i). Hidayah tinta inilah ‎yang terwujudkan dalam pengutusan para nabi ilahi dan kitab-kitab langit untuk ‎menghidayahi manusia.‎
Kata shirat atau jalan disebutkan lebih dari 44 kali dalam Al-Quran. Memilih jalan ‎dan garis pemikiran yang benar menunjukkan keistimewaan manusia. Terlebih lagi ‎manusia harus memilih jalan yang lurus dari banyak jalan yang terbentang di ‎hadapannya. Di sini, seorang mukmin akan memilih jalan Allah dan wali-wali-Nya. ‎Karena jalan ilahi pasti dan tidak akan ada perubahan dan jalan-Nya hanya satu ‎tidak lebih. Seseorang yang mengikuti jalan ilahi tidak akan pernah mengenal kata ‎kalah dan gagal.‎
Namun manusia tidak boleh lupa bahwa dalam memilih jalan lurus dan ‎melanjutkannya harus meminta bantuan Allah. Sama seperti lampu yang ‎cahayanya yang setiap saat mengambil energinya dari pembangkit listrik. Dalam ‎jalan lurus, satu-satunya keinginan setiap muslim di setiap shalat selalu diminta ‎dari Allah, bahkan Rasulullah saw dan para Imam as juga memohon kepada Allah ‎agar tetap teguh di jalan yang lurus.‎
Jalan lurus itulah jalan tengah yang menjadi pemecah sikap ekstrim, baik kanan ‎dan kiri dalam akidah maupun amal. Karena terkadang ada orang yang tergelincir ‎dalam akidah dan ada juga di tingkat perbuatan.
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
“Yaitu jalannya orang-orang yang engkau beri kenikmatan.”
Siapakah mereka itu? Meraka adalah sebagaimana yang dalam firman Allah suhanahu wata’ala: “Dan barang siapa yang menta’ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah sebaik-baik teman. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah dan Allah cukup mengetahui”. (An Nisaa’: 69-70 )
Dan bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.”
Orang-orang yang dimurkai Allah suhanahu wata’ala adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran akan tetapi enggan mengamalkannya. Mereka itu adalah kaum Yahudi. Allah suhanahu wata’ala berfirman berkenaan dengan keadaan mereka (artinya):
“Katakanlah Wahai Muhammad: Maukah Aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurkai oleh Allah”.
Adapun jalan orang-orang yang sesat adalah bersemangat untuk beramal dan beribadah, tapi bukan dengan ilmu. Akhirnya mereka sesat disebabkan kebodohan mereka. Seperti halnya kaum Nashara. Allah suhanahu wata’ala memberitakan tentang keadaan mereka:
“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”.









BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Surat al fatihah memiliki banyak nama diantaranya fatihatul kitab (pembuka kitab/Al Qur’an), Al Fatihah dikenal juga dengan sebutan As Sab’ul Matsani (tujuh yang diulang-ulang). Ummul qur`an ( Induknya Al-Qur`an). Surat Al fatihah juga memiliki banyak seistimewaan dari surat-surat yang ada dalam Al Qur`an.Diantara keistimewaannya, surat al fatihah dijadikan sebagai salah satu dari pada rukun shalat sehingga ia dinamakan As Sab’ul Matsani.
Dalam tafsirnya, Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin Abi Hatim rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya dari Utsman bin Affan, Rasulullah saw ditanya tentang Bismilahirrahmanirrahiim, maka beliau menjawab :
"Ia merupakan salah satu nama Allah. Jarak antara Dia dan Nama Yang Agung itu hanyalah seperti jarak antara bagian hitam dan bagian putih pada mata, karena demikian dekatnya."
Alhamdu pujian dengan lidah terhadap sifat-sifat pribadi, maupun sifat yang menjalar kepada orang lain, sebaliknya syukur itu pujian terhadap sifat yang menjalar, tetapi syukur dapat dilaksanakan dengan hati, lidah dan anggota badan. Alhamd berarti memuji sifat keberanian, kecerdasan-Nya atau karena pemberian-Nya. Syukur khusus untuk pemberian-Nya. Alhamd (puji) lawan kata Adzzam (cela).








DAFTAR PUSTAKA

M. Quraish Shihab, 2002. Tafsir Almisbah. Lentera Hati. Jakarta
Abdullah Hasyim, Nayil, 1991, al-Dakhil fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, Mesir : Maktabah al-Husain al-Islamiyah
Http://www.homeartikel.co.cc/2006/10/ Keutamaan Al-Fatihah. Diambil pada tanggal 24 Mei 2011.
Http://www.homeartikel.co.cc/2009/06/ Pengertian Al-Fatihah. Diambil pada tanggal 24 Mei 2011.
Http://www. Homeartikel.co.cc/2008/12/ Nama lain dari Al-Fatihah html. Diambil pada tanggal 24 Mei 2011.